Berwisata tidak harus selalu menikmati keindahan alam atau sekadar
menikmati hidangan lezat. Ada bentuk wisata yang sudah lama dilakukan masyarakat bahkan ada yang menjadi bagian
tradisi, yakni wisata agama, seperti berziarah atau mengunjungi makam-makah tokoh, pahlawan maupun raja-raja zaman dahulu,
pulau penyengat salah satunya. Jika ada orang luar berkunjung ke
wilayah Provinsi Kepulau Riau berkata tidak afdal jika tidak menyinggahi Pulau
penyengat.
Pulau Penyengat di
Kepulauan Riau menyimpan banyak keindahan dan sejarah yang patut diketahui
nilai kebaikannya.Kita sebagai generasi penerus punya tanggung jawab untuk
menyatukan sinergi budaya dan kehidupan dengan alam yang terlimpah dari Karunia
Tuhan Yang Maha Esa. Pulau ini dapat dicapai dengan menumpang perahu motor atau
biasa yang sering disebut masyarakat dengan sebutan Pompong dari dermaga utama
Tanjungpinang. Untuk mengelilingi pulau ini, pengunjung dapat menggunakan becak
motor di pulau ini pengunjung tidak akan menemukan mobil atau kenderaan
sejenisnya.
Pulau berukuran kecil ini dulunya adalah pusat kedudukan dari para raja Riau. Di pulau penyengat ini di kenal sebagai penganut agama Islam yang taat. Halamannya berumput hijau, tumbuh merata. Tampak pula beberapa pohon yang rindang disekitarnya sehingga area itu tampak asri dan nyaman.Pulau Penyengat tempat yang paling menarik untuk di kunjungi, banyak wisatawan mancanegara maupun wisata lokal berkunjung untuk mengetahui sejarah-sejarah yang ada di Penyengat, Pulau penyengat ini di jadikan sebagai tempat wisata maklum, ditempat itu, banyak warga datang setiap harinya untuk jalan-jalan bersama keluarga sambil menikmati makanan khas yang di sebut kue daram-daram. Di penyengat juga terdapat sebuah Mesjid tua yang masih berdiri kokoh kebanggaan orang melayu Riau yang didirikan pada tanggal 1 syawal 1429 atas prakarsa Raja Abdurahman , berwarna kuning yang di hiasi kubah dan menara cantik yang sangat mengesankan menambah indahnya nuansa di pulau ini. Didalam Mesjid ini tersimpan pula kitab-kitab kuno terutama yang menyangkut agama Islam. Benda lain yang menarik dan terdapat dalam mesjid ini adalah mimbarnya yang indah, serta kitab suci AI Qur’an tulisan tangan. Tidak seberapa jauh dari Mesjid Raya penyengat terdapat bangunan kecil yang bernama gedung mesiu seluruhnya terbuat dari beton, tampak sangat kokoh dengan temboknya setebal satu hasta dengan jendela-jendela kecil berjeriji besi. Dahulu menurut cerita dari masyarakat yang tinggal didaerah ini terdapat empat buah gedung tempat menyimpan mesiu dan sekarang hanya tinggal satu, sesuai dengan namanya, gedung ini dahulu tempat menyimpan mesiu, yang di sebut obat bedil.
Karya-karya besar sastrawan Melayu lahir di penyengat termasuk karya
Gurindam Dua Belas dan Tuhfat al- Nafis karya Raja Ali Haji. Konon, Menurut
cerita Pulau penyengat ini adalah milik Engku Putri Raja Hamidah, Karena pulau
ini di hadiahkan dari suaminya Sultan Mahmud Syah sebagai Mas kawinnya. Engku
Putri besar peranannya dalam
pemerintahan Kerajaan Riau, Sebab selain beliau adalah Permaisuri Sultan Mahmud
dia juga pemegang regalia yang biasa disebut alat-alat kebesaran kerajaan.
Kompleks
makam Raja Ali Haji terkesan sederhana, terletak di kaki bukit kecil yang
dikelilingi oleh pohon rindang ambacang, mengkudu, dan jambu. Ada beberapa
bangunan di kompleks pemakaman ini, di antaranya sebuah masjid mini, berkubah,
dan bermihrab. Dinding-dindingnya didominasi warna kuning dan sedikit warna
hijau, dengan jendela bulat layaknya jendela kapal. Di dalam bangunan utama ini
terdapat cuplikan “Gurindam Dua Belas”. Makam Raja Ali Haji sendiri terletak di
luar bangunan utama dengan naungan atap berwarna hijau. Tidak adanya dinding
penyekat yang menutupi makam seolah membiarkan para peziarah masuk dan melihat
secara lebih le luasa. Dua nisan di atas makam ini dibungkus rapi oleh kain
berwarna kuning, mirip seperti cara membungkus jenazah saat prosesi penguburan.
Mengamati detail makam ini, pengamat akan segera menangkap tulisan di
atas makam yang berbunyi: “Raja Ali Haji, Terkenal, Gurindam XII”.
Di pulau Penyengat ini
juga terdapat kubu. Kubu-kubu ini terletak di bukit Penggawa, bukit tengah dan
Bukit kursi. Dahulu, kubu-kubu ini dilengkapi dengan meriam dalam berbagai
ukuran. Bagi para wisatawan yang berkunjung, kubu ini amatlah sangat menarik,
karena selain mengandung nilai sejarah juga pemandangan alam sangat indah pula.
Balai adat Indra Perkasa ini dijadikan Balai Adat untuk mempergakan berbagai
bentuk upacara adat Melayu. Letaknya menghadap laut, amatlah mempesona, di
dalam gedung ini dapat di lihat tata ruangan dan beberapa benda kelengkapan
adat melayu atau beberapa atraksi kesenian yang diadakan untuk menghormati tamu tertentu.
0 comments:
Post a Comment