Powered by Blogger.
RSS

Pelayanan Tiketing Dipelabuhan Terkesan Seperti Orang Berjualan Dipasar



POSMETRO (14/5/13): Pelabuhan Sri Bintan Pura merupakn salah satu pintu masuk ke Ibu Kota Provinsi KEPRI dimana sebuah pelabuhan yang selalu di lewati ratusan hingga ribuan masyarakat yang berlatar belakang berbeda, tidak salah apabila pihak masyarakat selalu menginginkan kenyamanan pelayanan jika menggunakan jasa pelabuhan, dimana suasana pelabuhan yang di padati masyarakat yag keluar masuk Tanjunginang menggunakan jasa kapal yang melayani.
Tetapi ada keresahan yang cukup dirasakan masyarakat ketika hendak menggunaan jasa pelabuhan khususnya Sri Bintan Pura, pada pintu masuk pelabuhan berjejer beberapa tempat penjual tiket yang menawarkan tiket dengan menggunakan nada yang cukup merishkan, sambil berteriak antara satu dengan yang lainnya.
 Sumarto salah seorang masyarakat yang bertujuan Batam mengungkapkan ketidak nyamanan dengan para penjual tiket maupun calo yag menawarkan kepada para masyarakat yang hendak bepergian, Sumarto mengungkap tidak adanya daya tarik mereka untuk menawarkan, dengan cara berteriak dan selalu mengatakan berapa menit lagi berangkat, jika mereka menawarkan dengan nada lembut mungkin sedikit kenyamanan kita rasakan pada saat melewati pintu masuk.
Lain lagi yang di ungkapkan seorang Mahasiswa yang mau berangkat bertujuan Jakarta via Batam mengungkapkan tidak adanya tindakan tegas dari pihak keamanan pelabuhan ataupun pegurus pelabuhan untuk menertibkan para penjual tiket, ini bisa mencerminkan betapa buruk sistem yang diperlakukan dipelabuhan, apabila sistem atau manajemen pelabuhan bagus mungkin tidak terjadi seperti ini kata seorang Mahasiswa yang tidak mau disebutkan namanya, sebagai seorang warga Tanjungpinang kita malu dengan keadaan pelabuhan yang seperti ini, apa kata para tamu ataupun turis yang bila kebetulan datang mendapatkan pelayanan seperti ini” katanya.                                                               .
Menurut salah satu security di pelabuhan sebenarnya sudah ada teguran dari pelindo dan apabila masih melanggar akan dikenakan sanksi, tetapi penjual tiket di konter-konter masih saja jualan berteriak-teriak.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ada Harapan Di balik Doa Mak Ita



Tanjungpinang- Kisah mengharukan tentang kehidupan seorang pemulung barang bekas. Mak Ita (48 tahun) begitu orang biasanya menyapa, hampir semua satu komplek pasti tidak asing dengan perempuan  yang satu ini, maklum saja, ternyata ia sudah mulung di lokasi tersebut sudah hampir sepuluh tahun lamanya ia menyusuri tong-tong sampah untuk memungut gelas bekas, dan botol bekas minuman kemasan.
Seorang perempuan yang berjuang untuk keluarganya atas nama kebutuhan, atas nama realita, tidak peduli tangan kotor, tidak peduli tatap mata orang-orang sekitar, yang dia pedulikan adalah bagaimana keluarganya bisa makan, anak-anaknya bisa tidur nyenyak tanpa kelaparan. Sampah adalah dunianya, sampah adalah sumber penghidupannya, semakin banyak botol bekas yang didapatnya, semakin banyak pula rezeki yang diperolehnya. Sesedarhana itu bahagia baginya.
Niat tulusnya membuat kita terenyuh sekaligus terinsprasi, selama kurang sepuluh tahun lamanya dia hidup menjanda dengan empat orang anaknya yang masih kecil-kecil hasil dari buah cinta kepada suaminya, Dewi yang sekarang duduk dikelas 2 SMP, Kalsum kelas 6 SD, Dayat kelas 3 SD, dan Kasim yang berumur 5 tahun.Dengan sabar dia menjaga anak-anaknya, baginya anak-anak inilah harta yang paling berharga didalam hidupnya setelah suaminya pergi meninggalkan entah kemana, tanpa memberi kabar. Siang dan malam Mak Ita meminta kepada yang kuasa agar sang Gusti selalu memberi kesehatan dan kesabaran untuknya agar dia selalu bisa mengais rezeki.
Dengan penghasilan berkisar antara Rp 20.000 perhari Mak ita harus pandai mengatur uang belanja dan jajan untuk anak-anaknya, untung anaknya bisa mengerti keadaan emaknya, mereka tidak pernah menuntut ini-itu, bagi mereka bisa makan itu sudah Alhamdulillah, itulah yang membuat Mak Ita kuat untuk menjalani hidpnya bersama anak-anaknya.
Mak Ita masih merasa lega karena masih ada anak sulungnya yang mau membantunya, Dewi setiap hari Sabtu dan Minggu pergi kerumah tetangganya untuk menjual jasanya dengan  membantu Menyetrika, untung masih ada tetangga yang merasa iba dengan keluarga mak Ita,  dari hasil upah yang diperoleh ,ia pergunakan untuk membeli peralatan sekolahnya dan adiknya, ia tidak mau terlalu membebani emaknya, karena ia tahu begitu sakit emaknya untuk mendapatkan uang. Meskipun  dengan keterbatasan materi Dewi selalu mendapat juara kelas, Ya memang tidak bisa di pungkiri Dewi memang anak yang rajin.
Sang emak berharap suatu saat ada bantuan dari pemerintah untuk menyekolahkan anaknya, karena dia tidak mau nasib anak-anaknya sama seperti nasib yang di alaminya sekarang.
Saya berdoa semoga Mak Ita dilancarkan segala urusannya, diberi kemudahan dan rejeki berlimpah, dan selalu berada dalam lindungan Tuhan.
Semoga kisah nyata ini dapat menginspirasi kita semua

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Roti Aneka Rasa



Tanjungpinang-(PM), Nia (33) memulai mencoba-coba membuat roti aneka rasa sejak 5 tahun yang lalu. Ia membuat kue di rumahnya sendiri, jalan Kijang Lama gg. Bangun Sari 2. Awalnya, tiap hari Ia hanya membuat untuk satu warung saja. Namun, sekarang ia memberanikan diri untuk membuat roti dalam jumlah banyak. Kini tiap harinya Ia dapat menghabiskan 1 karung tepung (25kg), dari 1 karung tepung tersebut Ia memperoleh 180 biji. Satu buah roti Ia hargai Rp1.000,-.
Selain mengantar ke warung-warung, tetanggapun kadang menghampiri rumahnya untuk membeli roti. Roti yang hangat lebih menggugah selera konsumen, hingga terkadang memilih langsung membeli ketempatnya. “Rotinya lembut, rasanya juga enak”, ujar Arnita tetangga Nia.
Ia membuat roti dibantu dengan suami dan satu karyawannya. Roti yang ia buat beraneka rasa. Mulai dari rasa coklat, keju, kelapa, kacang hijau. Selama ini rotinya belum mempunyai nama, namun sekarang ini telah memberi nama rotinya Roti Aneka Rasa dan kedepannya akan menambah rasa lebih bervariasi lagi.
Ia berharap usaha membuat roti yang Ia tekuni sekarang dapat berkembang menjadi Toko Roti, agar lebih dikenal dan rezekipun dapat bertambah. “ Saya juga ingin suatu saat nanti membuat toko roti”, ujarnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pulau Mungil yang Banyak Menyimpan Sejarah



Berwisata tidak harus selalu menikmati keindahan alam atau sekadar menikmati hidangan lezat. Ada bentuk wisata yang sudah lama dilakukan  masyarakat bahkan ada yang menjadi bagian tradisi, yakni wisata agama, seperti berziarah atau mengunjungi makam-makah  tokoh, pahlawan maupun raja-raja zaman dahulu, pulau penyengat salah satunya. Jika ada orang luar berkunjung ke wilayah Provinsi Kepulau Riau berkata tidak afdal jika tidak menyinggahi Pulau penyengat.

            Pulau Penyengat di Kepulauan Riau menyimpan banyak keindahan dan sejarah yang patut diketahui nilai kebaikannya.Kita sebagai generasi penerus punya tanggung jawab untuk menyatukan sinergi budaya dan kehidupan dengan alam yang terlimpah dari Karunia Tuhan Yang Maha Esa. Pulau ini dapat dicapai dengan menumpang perahu motor atau biasa yang sering disebut masyarakat dengan sebutan Pompong dari dermaga utama Tanjungpinang. Untuk mengelilingi pulau ini, pengunjung dapat menggunakan becak motor di pulau ini pengunjung tidak akan menemukan mobil atau kenderaan sejenisnya.

             Pulau berukuran kecil ini dulunya adalah pusat kedudukan dari para raja Riau. Di pulau penyengat ini di kenal sebagai penganut agama Islam yang taat. Halamannya berumput hijau, tumbuh merata. Tampak pula beberapa pohon yang rindang disekitarnya sehingga area itu tampak asri dan nyaman.Pulau Penyengat tempat yang paling menarik untuk di kunjungi, banyak wisatawan mancanegara maupun wisata lokal berkunjung untuk mengetahui sejarah-sejarah yang ada di Penyengat, Pulau penyengat ini di jadikan sebagai tempat wisata maklum, ditempat itu, banyak warga datang setiap harinya untuk jalan-jalan bersama keluarga sambil menikmati makanan khas yang di sebut kue daram-daram. Di penyengat juga terdapat sebuah Mesjid tua yang masih berdiri kokoh kebanggaan orang  melayu Riau  yang didirikan pada tanggal 1 syawal 1429 atas prakarsa Raja Abdurahman , berwarna kuning yang di hiasi kubah dan menara cantik yang sangat mengesankan menambah indahnya nuansa di pulau ini.                       Didalam Mesjid ini tersimpan pula kitab-kitab kuno terutama yang menyangkut agama Islam. Benda lain yang menarik dan terdapat dalam mesjid ini adalah mimbarnya yang indah, serta kitab suci AI Qur’an tulisan tangan. Tidak seberapa jauh dari Mesjid Raya penyengat  terdapat bangunan kecil yang bernama gedung mesiu seluruhnya terbuat dari beton, tampak sangat kokoh dengan temboknya setebal satu hasta dengan jendela-jendela kecil berjeriji besi. Dahulu menurut cerita dari masyarakat yang tinggal didaerah ini terdapat empat buah gedung tempat menyimpan  mesiu dan sekarang hanya tinggal satu, sesuai dengan namanya, gedung ini dahulu tempat menyimpan mesiu, yang di sebut obat bedil.
            Karya-karya besar sastrawan Melayu lahir di penyengat termasuk karya Gurindam Dua Belas dan Tuhfat al- Nafis karya Raja Ali Haji. Konon, Menurut cerita Pulau penyengat ini adalah milik Engku Putri Raja Hamidah, Karena pulau ini di hadiahkan dari suaminya Sultan Mahmud Syah sebagai Mas kawinnya. Engku Putri besar  peranannya dalam pemerintahan Kerajaan Riau, Sebab selain beliau adalah Permaisuri Sultan Mahmud dia juga pemegang regalia yang biasa disebut alat-alat kebesaran kerajaan.
            Kompleks makam Raja Ali Haji terkesan sederhana, terletak di kaki bukit kecil yang dikelilingi oleh pohon rindang ambacang, mengkudu, dan jambu. Ada beberapa bangunan di kompleks pemakaman ini, di antaranya sebuah masjid mini, berkubah, dan bermihrab. Dinding-dindingnya didominasi warna kuning dan sedikit warna hijau, dengan jendela bulat layaknya jendela kapal. Di dalam bangunan utama ini terdapat cuplikan “Gurindam Dua Belas”. Makam Raja Ali Haji sendiri terletak di luar bangunan utama dengan naungan atap berwarna hijau. Tidak adanya dinding penyekat yang menutupi makam seolah membiarkan para peziarah masuk dan melihat secara lebih le luasa. Dua nisan di atas makam ini dibungkus rapi oleh kain berwarna kuning, mirip seperti cara membungkus jenazah saat prosesi penguburan. Mengamati detail  makam  ini, pengamat akan segera menangkap tulisan di atas makam yang berbunyi: “Raja Ali Haji, Terkenal, Gurindam XII”.

            Di pulau Penyengat ini juga terdapat kubu. Kubu-kubu ini terletak di bukit Penggawa, bukit tengah dan Bukit kursi. Dahulu, kubu-kubu ini dilengkapi dengan meriam dalam berbagai ukuran. Bagi para wisatawan yang berkunjung, kubu ini amatlah sangat menarik, karena selain mengandung nilai sejarah juga pemandangan alam sangat indah pula. Balai adat Indra Perkasa ini dijadikan Balai Adat untuk mempergakan berbagai bentuk upacara adat Melayu. Letaknya menghadap laut, amatlah mempesona, di dalam gedung ini dapat di lihat tata ruangan dan beberapa benda kelengkapan adat melayu atau beberapa atraksi kesenian yang diadakan  untuk menghormati tamu tertentu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS